Kami adalah negeri yang dibangun atas passion dan kebanggaan. Di setiap sudut negeri, kami mempersembahkan pengalaman yang dirancang, dimatangkan, dipercantik, dirangkai, ditumbuhkan atau dibangun oleh warga setempat yang memiliki kesamaan, yakni: passion. Seperti mereka, Anda akan terpacu untuk melakukan apa yang Anda cintai di negeri yang memiliki kemungkinan tak terbatas—baik Anda pencinta makanan, penjelajah, kolektor, penyuka sosialisasi, pemburu ketegangan atau pembentuk kultur.

Kota berjiwa

Sejarah Singapura penuh akan cobaan, kesulitan, dan kemenangan. Hanya dalam waktu 50 tahun, kami telah berkembang dari kota koloni menjadi kota-negara berbekal identitas unik kami, dan ditempa oleh semangat yang tak kunjung padam. Dan semangat inilah yang menjelma menjadi keajaiban arsitektur, taman nan rimbun, warisan budaya yang membanggakan, atraksi berkelas dunia, dan kota kuliner nan metropolis kosmopolitan yang Anda lihat sekarang.


Ladang bersemainya passion
Yugnes Susela meracik koktail nan inovatif Yugnes Susela meracik koktail nan inovatif.

Singapura adalah rumah dari berbagai tempat yang mewakili dan menginsiprasi passion. Di National Gallery Singapore yang memiliki koleksi publik terbesar dari seni lokal dan Asia Tenggara, memberikan Anda peluang untuk melongok pembentuk kebudayaan Singapura yang patut Anda kagumi. Namun, negeri ini juga menjadi tempat para pencinta makanan seperti Yugnes Susela menapaki karirnya—bartender yang berhasil mewujudkan obsesinya pada koktail di balkon galeri tersebut. Yugnes meracik minuman berteman panorama Civic District nan memesona yang terhampar di depannya. Singapura juga dikenal sebagai "Kota dalam Taman". Ini bukanlah omong kosong, karena sepertiga dari pulau ini tertutupi oleh kehijauan. Di tempat-tempat seperti inilah passion bertemu di Singapura, namun para penduduknyalah yang memberikan secercah warna dan kesemarakkan di seluruh negeri.


Passion Ambassadors kami

Yugnes dan Tan Wei Tian hanyalah dua orang yang menggambarkan keberagaman kami, komunitas multi-etnis dengan passion mereka terus membuat Singapura terus menggeliat. Ada banyak orang lain seperti mereka, masing-masing menarik inspirasi dari kota untuk mewujudkan ambisi dan ketertarikan mereka. Kami menyebut mereka sebagai Passion Ambassadors.


Mark Ong mengambil foto sepatu sneakers-nya yang berseni. Mark Ong mengambil foto sepatu sneakers-nya yang berseni.

Ada chef Malcolm Lee, seorang pencinta makanan yang telah menorehkan karyanya dalam dunia kuliner internasional berbekal berbagai hidangan yang digunakan oleh neneknya untuk melatihnya sewaktu kecil. Restoran yang dikelolanya, Candlenut, kini menjadi satu-satunya restoran Peranakan berbintang Michelin. Rekannya yang kreatif, Mark Ong, adalah kolektor yang menyalurkan kecintaan masa kecilnya akan lukisan di papan seluncur dan sepatu menjadi SBTG, nama artistik yang digunakannya saat menyulap sepatu sneaker terkeren untuk para selebritis seperti Kobe Bryant dan Mike Shinoda. Anda juga dapat melihat mengalirnya kreativitas dari pikiran artis Jahan Loh, pembentuk kebudayaan yang tersohor akan seni pop kontemporer.

Usia juga bukanlah penghalang untuk mengejar passion. Kyra Poh, si pemburu ketegangan, masih berusia 14 tahun. Namun dia telah memiliki reputasi sebagai penerbang tercepat di dunia pada turnamen skydiving dalam ruangan, Wind Games. Selain itu, ada juga Nathan Hartono. Dia adalah penyuka sosialisasi yang memiliki keahlian untuk memukau penonton dalam maupun luar negeri dengan suara selembut sutranya. Dia bahkan berhasil memenangkan berbagai kompetisi bernyanyi di usianya yang ke-26.


Wujudkan passion Anda jadi kenyataan
Muay Thai merupakan passion bagi Nabilah Razak. Muay Thai merupakan passion bagi Nabilah Razak.

Passion Ambassadors kami bukanlah satu-satunya warga Singapura yang berhasil membuktikan dirinya dengan talenta, budaya, mimpi-mimpi mereka—seperti yang dapat Anda saksikan dalam video di atas. Nabilah Razak tadinya hanyalah karyawati biasa sebelum akhirnya bergabung dalam lingkaran para petarung Muay Thai dan menjadi yang terbaik. Sementara Fandi Ahmad telah mengukir namanya menjadi pemain sepak bola terbaik, lalu mengambil peran sebagai pelatih nasional kebanggaan Singapura.


Selain bidang olahraga, banyak orang yang memilih untuk mengekspresikan diri mereka melalui musik dan desain. Spacedays, band beranggotakan lima musisi, memainkan nada-nada psychedelic yang membuktikan kita dapat menampilkan yang terbaik dari diri kita. Lalu ada Fannie Chua, perancang mode yang kian berkembang. Dia menuangkan karyanya untuk pakaian wanita menggunakan labelnya sendiri, yakni David's Daughter. Kemudian Ada orang-orang seperti Peter Ho, CEO HOPE Technik. Inovasi teknologinya menaungi tujuan mulia: Inovasi tersebut dirancang untuk mengubah kehidupan agar menjadi lebih baik.

Di kota kami, passion tersebar sejauh mata memandang. Passion tertumpah hingga ke jalan-jalan, tempat para penari muda silih berganti memperlihatkan keahlian mereka. Passion mengikuti para fotografer muda saat mereka dengan gagah berani menerjang hujan badai dalam memperoleh foto terbaik. Bahkan passion mengalir dalam darah para pensiunan kala mereka menghiasi sepeda mereka dengan lampu LED, lalu menelusuri kota dengan rangkaian warna yang menyatu. Mereka semua adalah orang-orang yang akan Anda temui di Singapura, orang-orang yang menginspirasi dan mewujudkan “Passion Made Possible”. Datang dan kunjungilah mereka, yang tentunya akan membangkitkan passion dan kebanggaan Anda.

Spacedays tampil di National Gallery Singapore. Spacedays tampil di National Gallery Singapore.
Teknologi ciptaan Peter Ho mungkin akan membantu para penyandang disabilitas dapat berjalan kembali. Teknologi ciptaan Peter Ho mungkin akan membantu para penyandang disabilitas dapat berjalan kembali.